SMSI

SMSI
Redaksi
Sabtu, 27 Februari 2021, 14:39 WIB
Last Updated 2021-12-21T16:06:38Z
Kesehatan

Penting... Kenali Berbagai Jenis Seputar Vaksin Covid-19 di Indonesia dan Negara Lain

Ilustrasi vaksin



Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Kandungan vaksin dapat berupa bakteri atau virus yang telah dilemahkan atau dimatikan, bisa juga berupa bagian dari bakteri atau virus tersebut. Vaksin juga dapat diberikan dalam bentuk suntikan, tetes minum, atau melalui uap (aerosol). Kini vaksin Covid-19 sudah tersedia di Indonesia, bahkan sudah menjalani program vaksinasi di berbagai daerah. 



Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Bila seseorang sudah mendapat vaksin untuk suatu penyakit, tubuhnya bisa dengan cepat membentuk antibodi untuk melawan kuman atau virus penyebab penyakit tersebut ketika nanti terpapar. Oleh karena itu, vaksinasi penting dilakukan sebagai bentuk perlindungan diri terhadap penyakit, terutama pada masa pandemi COVID-19.



Agar antibodi terbentuk, seseorang harus diberi vaksin sesuai dosis dan jadwal yang telah ditentukan. Jadwal vaksinasi tergantung jenis vaksin yang akan diberikan dan kondisi kesehatan orang yang hendak menerima vaksin.



Selain menjalani vaksinasi, mencukupi asupan nutrisi, beristirahat yang cukup, berolahraga secara teratur, serta meredakan stres juga perlu dilakukan untuk memperkuat imunitas tubuh.


Mengapa vaksinasi itu penting?

Manfaat pemberian vaksin adalah mencegah penularan penyakit, terutama penyakit infeksi, karena vaksin membuat tubuh mengenali bakteri atau virus penyebab penyakit sehingga bisa lebih cepat memberikan perlawanan.



Tahap Pembuatan Vaksin

Untuk memastikan efektivitas dan keamanannya, vaksin harus melalui penelitian dan lulus uji klinis yang membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.

Berikut adalah beberapa tahapan dalam proses pembuatan vaksin COVID-19:


1. Eksplorasi

Tahap eksplorasi merupakan tahap awal yang dilakukan melalui penelitian di laboratorium untuk mengidentifikasi antigen alami atau sintetis yang dapat mencegah suatu penyakit. Antigen adalah benda asing yang dapat merangsang pembentukan antibodi di dalam tubuh. Tahap eksplorasi untuk menentukan antigen ini bisa memakan waktu yang cukup lama.


2. Studi praklinis

Tahap studi praklinis dilakukan dengan memberikan vaksin ke hewan percobaan untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya. Pada tahap ini, peneliti juga akan mengkaji apakah vaksin menimbulkan efek samping tertentu.


3. Uji klinis fase I

Pada tahap uji klinis fase I, vaksin akan memberikan ke beberapa orang dewasa yang sehat. Tujuannya adalah untuk memastikan keamanan dan efektivitas vaksin pada manusia.


4. Uji klinis fase II

Tahap uji klinis fase II dilakukan dengan memberikan vaksin ke sekelompok orang yang jumlahnya lebih banyak, dengan usia dan kondisi kesehatan yang lebih beragam. Setelah itu, para peneliti akan mengkaji dan mengevaluasi efektivitas, keamanan, dan dosis vaksin yang tepat, serta menilai respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin yang diberikan.


5. Uji klinis fase III

Pada uji klinis fase III, vaksin akan diberikan ke lebih banyak orang dengan kondisi yang bervariasi. Para peneliti akan memantau respons kekebalan tubuh dan efek samping vaksin dalam jangka waktu tertentu. Fase ini bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.


6. Tahap IV

Setelah dinyatakan lulus semua uji klinis, vaksin bisa mendapatkan izin edar untuk diberikan kepada manusia. Di Indonesia, izin edar vaksin dikeluarkan oleh BPOM. Namun, meski sudah bisa digunakan secara umum, vaksin yang masih baru tersebut perlu terus diteliti dan dievaluasi.



Tahap Pengujian Vaksin dan Hasil yang Diharapkan


Tujuan dilakukannya serangkaian uji klinis dalam pembuatan vaksin tentu adalah untuk menjamin keamanan dan efektivitas vaksin sebelum diberikan ke masyarakat. Karena vaksin COVID-19 masih sangat baru, penelitian dan evaluasi masih terus dilakukan untuk menilai respons tubuh dan kemungkinan efek samping vaksin COVID-19 pada manusia.


Hasil yang ingin dicapai dengan pembuatan dan pemberian vaksin COVID-19 adalah penurunan angka kasus positif dan kematian akibat COVID-19, serta terbentuknya herd immunity. Dengan begitu, dampak ekonomi dan sosial akibat wabah ini juga dapat diminimalkan.


Profil Vaksin yang akan Digunakan di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa jenis vaksin yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:


1. Pfizer

  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Bahan dasar: mRNA
  • Suhu penyimpanan: -70oC
  • Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 94–95%
  • Tahap uji klinis: Telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) dari U.S. Food & Drug Administration (FDA)
  • Negara yang menggunakan: Amerika Serikat, Israel, Inggris, Prancis, Bahrain, Kanada, Arab Saudi, Meksiko, dan Singapura
  • Efek samping: Nyeri di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala, menggigil, nyeri sendi, dan demam
  • Alasan belum dibawa ke Indonesia: Pemerintah sedang memfinalisasi kontrak vaksin dengan Pfizer. Distribusi vaksin Pfizer sulit dilakukan karena harus disimpan dalam keadaan beku dengan suhu sekitar -70oC.


2. Sinovac

  • Negara asal: Cina
  • Bahan dasar: Virus yang dimatikan
  • Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)
  • Klaim efektivitas: Efikasi sekitar 65,3% (di Indonesia)
  • Tahap uji klinis: Sudah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) dari BPOM
  • Negara yang menggunakan: Indonesia, Brasil, Turki, dan Cina
  • Efek samping: Nyeri atau kemerahan di lokasi penyuntikan, nyeri otot, demam, dan sakit kepala
  • Alasan bisa dibawa ke Indonesia:
  • Penyimpanannya bisa menggunakan kulkas atau cool box, sehingga proses distribusi vaksin dan pelaksanaan vaksinasinya lebih mudah.
  • Vaksin Sinovac termasuk dalam 10 kandidat vaksin paling cepat dan menggunakan metode pembuatan yang sudah dikuasai oleh perusahaan lokal, seperti Bio Farma.


3. Moderna

  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Bahan dasar: mRNA
  • Suhu penyimpanan: -20oC
  • Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 94,5%
  • Tahap uji klinis: Telah melalui uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EAU) dari U.S. Food & Drug Administration (FDA)
  • Negara yang menggunakan: Kanada, Qatar, Amerika Serikat, Inggris
  • Efek samping: Nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, demam, serta mual dan muntah
  • Alasan belum dibawa ke Indonesia: Proses distribusinya memerlukan suhu yang cukup rendah, yaitu -20oC.


4. Oxford/AstraZeneca

  • Negara asal: Inggris
  • Bahan dasar: Viral vector
  • Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)
  • Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 62-90%
  • Tahap uji klinis: Telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat dari Otoritas Inggris
  • Negara yang menggunakan: Inggris, India, Meksiko
  • Efek samping: Nyeri dan bengkak pada lokasi penyuntikan, kemerahan di kulit, demam ringan, dan sakit kepala
  • Alasan belum dibawa ke Indonesia: Pemerintah sedang dalam proses pembelian vaksin Oxford/AstraZeneca dan rencananya ada 50 juta dosis vaksin yang akan disuplai ke Indonesia.


5. Novavax

  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Bahan dasar: Protein subunit
  • Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)
  • Klaim efektivitas: Belum diketahui
  • Tahap uji klinis: Sedang menjalani uji klinis fase 3
  • Negara yang menggunakan: Amerika Serikat
  • Efek samping: Sejauh ini tidak terlihat efek samping serius
  • Alasan belum dibawa ke Indonesia: Vaksin Novavax masih dalam tahap uji klinis fase 3 dan belum mendapatkan izin penggunaan.


6. Sinopharm

  • Negara asal: Cina
  • Bahan dasar: Inactivated virus
  • Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)
  • Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 79,34%
  • Tahap uji klinis: Sudah melewati tahap uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan dari otoritas kesehatan di Cina
  • Negara yang menggunakan: Cina, Bahrain, Uni Emirat Arab
  • Efek samping: Sejauh ini, tidak memiliki efek samping yang serius. Efek samping umumnya bersifat ringan, seperti demam, nyeri dan bengkak di lokasi penyuntikan, serta sakit kepala.
  • Alasan dibawa ke Indonesia: Penyimpanannya bisa menggunakan kulkas atau cool box, sehingga proses distribusi vaksin dan pelaksanaan vaksinasinya lebih mudah.


7. Merah Putih – BioFarma

BioFarma bekerja sama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman masih terus melakukan pengembangan dan penelitian terhadap vaksin COVID-19. Uji klinis terhadap vaksin ini rencananya akan dimulai sekitar bulan Juni 2021.



Rencana Vaksinasi di Indonesia

Produsen vaksin yang akan digunakan di Indonesia :

  • PT Bio Farma
  • AstraZeneca
  • China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)
  • Moderna
  • Novovax Inc
  • Pfizer Inc and BioNTech
  • Sinovac Biotech Ltd

Bagaimana rencana pola distribusi vaksin COVID-19?

Vaksin, peralatan pendukung, dan logistik lain yang berkaitan dengan proses pemberian vaksin akan didistribusikan ke Puskesmas, klinik, rumah sakit, dan fasilitas layanan kesehatan lain yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan vaksinasi.


Tidak hanya tenaga medis, distribusi vaksin COVID-19 juga dapat melibatkan berbagai pihak, seperti TNI, Polri, dan Kementerian Perhubungan.


Berikut ini adalah beberapa kriteria penerima vaksin COVID-19 :


  1. Tidak pernah terkonfirmasi menderita COVID-19
  2. Suhu tubuh di bawah 37,5oC
  3. Tekanan darah di bawah 140/90 mmHg
  4. Tidak sedang hamil atau menyusui
  5. Tidak mengalami gejala ISPA dalam 7 hari terakhir dan tidak memiliki kondisi medis tertentu, seperti alergi terhadap vaksin, penyakit ginjal, penyakit jantung, kelainan darah, atau gangguan pencernaan kronis
  6. Tidak menderita penyakit autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau penyakit Sjogren
  7. Untuk penderita diabetes melitus tipe 2, gula darah harus dalam kondisi terkontrol dan HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5%
  8. Untuk penderita HIV, angka CD4 harus lebih dari 200
  9. Tidak memiliki penyakit paru, seperti asma, PPOK, atau TBC, tetapi untuk penderita TBC, vaksinasi boleh dilakukan setelah 2 minggu mengonsumsi obat antituberkulosis

Selalu terapkan protokol kesehatan, yaitu mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak fisik minimal 1 meter dengan orang lain. Sebisa mungkin, hindari bepergian ke luar rumah atau berkumpul dengan orang banyak.


Setelah melakukan perjalanan ke luar kota atau berada dalam situasi dengan risiko penularan COVID-19 yang tinggi, usahakan untuk melakukan tes PCR atau rapid test antigen dan tetap lakukan karantina selama 1 minggu, walau hasil tes negatif.


Pemberian vaksin COVID-19 oleh pemerintah akan dilakukan secara bertahap, karena pasokan vaksin tidak cukup untuk diberikan kepada semua orang sekaligus pada waktu yang bersamaan.


Berikut ini adalah jadwal pemberian vaksin yang telah direncanakan oleh pemerintah :


Periode I (Januari–April 2021)

Tahap I: 1,3 juta dosis untuk tenaga kesehatan.

Tahap II: 17,4 juta dosis untuk petugas publik yang tidak dapat menerapkan jaga jarak secara efektif dan 21,5 juta dosis untuk lansia (di atas umur 60 tahun).



Periode II (April 2021–Maret 2022)

Tahap III: 63,9 juta dosis untuk masyarakat dengan risiko penularan tinggi.

Tahap IV: 77,4 juta dosis untuk masyarakat umum dengan pendekatan klaster, sesuai ketersediaan vaksin.


Meski telah divaksin, anda tetap harus mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19, seperti mencuci tangan, menjaga jarak fisik, dan menggunakan masker saat berada di luar rumah.



Perlu diingat pula bahwa vaksin tidak mencegah COVID-19 secara mutlak. Setelah menerima vaksin, bukan berarti anda bisa berkumpul dan berpesta di tengah keramaian. Tetap hindari tempat ramai dan usahakan berada di rumah saja.



Sumber : Informasi Berbagai Vaksin COVID-19 di Indonesia