Iklan Header

Senin, 30 September 2024, 10:51 WIB
Last Updated 2024-09-30T03:51:07Z
Hak Azasi ManusiaPendidikanSianțar

Alberto Nainggolan, Pendidikan Karakter Siswa Yang Kian Memprihatinkan di Dunia Pendidikan Kita

Albwrto Nainggolan. (Foto/Ari).

Pematangsiantar - nduma.id


Pendidikan karakter siswa di nilai kian memprihatinkan di dunia pendidikan kita.


Seorang Mahasiswa Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar,

Alberto Nainggolan mengutarakan hal ini kepada nduma.id Minggu 29 September 2024.


Alberto yang Juga kader Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang kota Pematangsiantar ini mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi pendidikan di Indonesia yang dinilainya  memburuk karena kesalahpahaman dalam penerapan Hak Asasi Manusia (HAM) di sektor pendidikan. 


Dari amatannya, bahwa para pendidik cenderung berhati-hati dan enggan mengambil tindakan tegas terhadap siswa yang berperilaku buruk, karena khawatir melanggar HAM.


"Sikkap ini justru kontraproduktif dan merugikan perkembangan karakter siswa serta kualitas pendidikan secara keseluruhan," kata Alberto Nainggolan.


Alberto, menjelaskan, bahwa interpretasi yang keliru tentang HAM membuat banyak guru pasif dalam menghadapi perilaku negatif siswa. 


"Banyak kasus di mana pelanggaran atau ketidakpatuhan siswa dibiarkan tanpa sanksi yang sesuai," sebut Alberto.


Alberto, berpendapat bahwa sikap permisif ini merugikan proses pembelajaran dan dapat meningkatkan angka kenakalan remaja serta kriminalitas di masyarakat. 


"Jika perilaku buruk dibiarkan sejak dini, bagaimana kita bisa berharap generasi yang berintegritas dan bertanggung jawab?," ucap Alberto dengan nada bertanya.


Alberto menekankan bahwa penerapan HAM dalam pendidikan seharusnya tidak mengabaikan disiplin dan pembentukan karakter.


"HAM bukan berarti membebaskan seseorang tanpa batasan," ujar Alberto.


"Pendidikan karakter yang kuat adalah bagian dari hak anak untuk menerima pendidikan berkualitas," sambung Alberto.


Menurut Alberto, Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menekankan pentingnya pembentukan karakter dalam pendidikan.


Kepala pelaku pendidikan, Dia mengusulkan beberapa langkah untuk memperbaiki situasi ini.


Pertama pelatihan bagi pendidik tentang penerapan HAM yang tepat dalam pendidikan.  


Kedua revisi kebijakan sekolah untuk menjelaskan batasan perilaku yang dapat ditoleransi dan konsekuensinya.  


Ketiga sosialisasi kepada orang tua dan masyarakat mengenai pentingnya disiplin dalam pendidikan.  


Empat, penguatan program pendidikan karakter di sekolah.  


"Kita perlu menemukan keseimbangan antara penghormatan terhadap HAM dan kebutuhan untuk membentuk karakter serta disiplin siswa," tandas Alberto.


Menurutnya hal ini harus sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menekankan pentingnya lingkungan pendidikan dalam pembentukan karakter.


Tak hanya itu, Alberto, pun mengajak semua pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, guru, orang tua, dan masyarakat, untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah ini. 


"Tanpa disiplin dan karakter yang kuat, kualitas pendidikan kita akan terus menurun, dan ini akan berdampak serius pada masa depan bangsa. Ini bukan hanya tanggung jawab sekolah atau pemerintah; kita semua harus berperan aktif dalam memastikan pendidikan berkualitas dan mampu membentuk generasi penerus yang berintegritas," tandas Alberto.


Penulis : Ari

Redaktur : Rudi