Aksi teatrikal mahasiswa di depan Kantor Bupati Dairi. (Foto/Rudi). |
Dairi - nduma.id
Sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat "turun ke jalan" menyuarakan stop kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Dairi. Rabu 9 Oktober 2024.
Mereka tergabung dalam Gerakan Solidaritas Dairi tanpa kekerasan atau "GERTAK"
Koordinator aksi, Duad Sihombing mengatakan aksi mereka merupakan aksi solidaritas dilatari maraknya peristiwa kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Dairi.
"Terakhir di bulan September 2024 ada 2 kasus besar dan Oktober 2024 ada 1 lagi," kata Duat.
Karena itu menurutnya perlu disampaikan untuk menjadi perhatian.
"Dan ini kita pikir kita ingin menyampaikan kepada semua stakeholder pemerintah, DPRD masyarakat di Dairi supaya saling menjaga saling mendukung dan kalau ada kejadian segera laporkan," tandas Duat.
Ia pun berharap semua penanganan kasus bisa berjalan sesuai aturan hukum yang berlaku, korban mendapatkan keadilan dan pelaku di hukum sesuai aturan yang berlaku.
Kepada media Duat mengungkap 2 kasus yang menurutnya paling miris belakang ini terjadi pada bulan September 2024 lalu.
"Satu, pelakunya pelajar dan korbannya juga pelajar dan di Lae Parira ada dilakukan 3 orang laki-laki kepada 1 orang perempuan yang kebetulan korbannya juga seorang yang disabilitas," sebut Duat.
Dan itu menurutnya sangat memprihatinkan karena sudah di luar rasa kemanusiaan.
Ia berharap proses penangguhan dan perdamaian tidak menjadi memberhentikan proses hukum, pelaku harus tetap di hukum sesuai perlakuannya.
Pihaknya akan terus mengawal kasus-kasus pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan.
"Kami 'Gertak' akan terus mengawal mempertanyakan kasus- kasus ini kepada pihak-pihak APH sudah sampai dimana prosesnya," katanya.
Upaya pencegahan lain sambung Duat sudah di lakukan pihaknya seperti mengunjungi rumah korban dan memberi pemahaman untuk tidak memberikan ruang damai kepada pelaku.
Karena pelaku harus di hukum sebagai efek jera.
Dalam aksinya ini Gertak menyampaikan aspirasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dairi, Pemerintah Kabupaten Dairi dan Polres Dairi.
Aksi di warnai dengan pemberian mawar hitam sebagai bentuk keprihatinan, penempelan stiker di 3 lokasi itu dan aksi teatrikal.
Andy Silalahi dari Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) mengungkap kekerasan terhadap anak dan perempuan menjadi musuh bersama karena itu harus diperangi bersama.
"Karena kami dalam aksi Gertak bersatu untuk menyuarakan aspirasi kami bagaiman kedepannya pemerintah punya kebijakan dan memberikan solusi apa yang menjadi langkah yang di lakukan agar kejadian-kejadian yang sama tidak berlarut," kata Andy.
Ia berharap apa yang menjadi aspirasi mereka kedepannya menjadi gerakan moral dapat direalisasikan sehingga tidak ada lagi kekhawatiran dari orang tua.
"Ada yang korban bunuh diri karena ada perlakuan ini, harapan kami sebagai perempuan agar kami diberi kenyamanan di sekolah, tempat kerja agar kami bisa berproses dan melakukan kegiatan sehari hari," tandas Rahmadani, Mahasiswa asal organisasi Himpunan Mahasiswa Islam ini.
Masa Gertak membubarkan diri usai menyampaikan aspirasi di Polres Dairi.
"Ini bukti bahwa kita semua juga peduli, saya berharap kepedulian ini bukan hanya berhenti di sini bukan hanya menyampaikan tuntutan kepada penegak hukum tapi juga di teruskan dalam upaya-upaya yang bersifat konkrit," sebut Kapolres Dairi AKBP Agus Bahari.
Penulis : Rudi
Redaktur : Son