Wahyu Sagala

Wahyu Sagala

PUPTR Pakpak Bharat

PUPTR Pakpak Bharat

nduma

nduma
Senin, 14 April 2025, 14:35 WIB
Last Updated 2025-04-14T07:35:05Z
EkonomiKristenSiantar

Fawer Full Fander Sihite, Melihat Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global

Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS (Foto/ Istimewa).

Pematangsiantar - nduma.id


Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS, seorang penulis buku Internasional Awam, yang juga pernah menjabat sebagai pengurus pusat organisasi mahasiswa di bidang internasional dan saat ini aktif sebagai mahasiswa doktor teologi disalah satu kampus di Indonesia ber opini terkait perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.


Menurutnya itu telah menciptakan dinamika baru dalam perekonomian dunia.


Kata, Fawer Full Fander Sihite, kebijakan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan bilateral antara AS dan China, tetapi juga memberikan dampak signifikan bagi negara berkembang seperti Indonesia.


Sejak awal masa jabatannya pada Januari 2025, sebut Fawer Full Fander Sihite Presiden Trump menegaskan komitmennya untuk melancarkan perang tarif sebagai upaya melindungi perekonomian domestik AS. 


Dalam pidatonya usai dilantik, Trump menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk menghindari beban ekonomi pada warga AS akibat praktik perdagangan yang dianggap merugikan.


Pada Februari 2025, Trump secara resmi memberlakukan tarif impor tinggi terhadap produk- produk dari China, Meksiko, dan Kanada, kemudian lanjut ke negara lainnya termasuk Indonesia. 


Kebijakan ini menimbulkan perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan memicu inflasi.


Menurut Fawer Full, dampak terhadap Indonesia perang dagang antara AS dan China memiliki implikasi langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia.


Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, Indonesia menghadapi tantangan dalam menavigasi dinamika perdagangan global yang semakin kompleks. 


Bahwa kebijakan perang tarif dapat mengganggu stabilitas ekonomi global, meningkatkan ketidakpastian perdagangan, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.


Menghadapi situasi ini, menurut Fawer Full, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak negatif dan memanfaatkan peluang yang ada :

1. Memperkuat kerja sama regional.

Indonesia diharapkan dapat memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi dengan negara-negara anggota BRICS lainnya untuk mengembangkan pasar lebih jauh. Bergabung dengan BRICS diharapkan dapat meningkatkan postur kekuatan dan daya saing Indonesia di kancah global.


2. Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal.

Pemerintah perlu mendorong inovasi dan peningkatan kualitas produk dalam negeri agar mampu bersaing di pasar internasional. Inovasi menjadi kata kunci untuk membuat produk Indonesia semakin berkualitas sehingga daya saing global meningkat.


3. Diversifikasi Pasar Ekspor. 

Mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan China dengan

menjajaki pasar di Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah, dapat memberikan peluang bagi Indonesia.


Ia juga berpesan atas perspektif Alkitabiah dan peran mahasiswa Kristen.


Fawer Full, mengatakan, kebijakan ekonomi global dipengaruhi oleh kepentingan negara-negara besar yang mendominasi pasar internasional. 


Salah satu dinamika paling menonjol dalam beberapa tahun terakhir adalah kebijakan proteksionisme yang ditempuh oleh Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.


Melalui jargon "America First" , Trump memperkenalkan perang dagang dengan menerapkan tarif tinggi terhadap produk impor, menarik diri dari perjanjian perdagangan multilateral seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), dan memaksa renegosiasi perjanjian dagang bilateral yang dianggap merugikan kepentingan nasional Amerika.


"Namun lebih dari sekadar strategi ekonomi, saya memandang bahwa menghadapi situasi ini Indonesia perlu membangun fondasi moral dan etika ekonomi yang bersumber dari nilai-nilai keadilan," katanya. Minggu (13/04/2025).


Dalam perspektif iman Kristen, dunia usaha dan kebijakan perdagangan tidak bisa dilepaskan dari prinsip keadilan dan kebaikan bersama. 


"Kitab Amsal 11:1 mengingatkan kita bahwa "Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi batu timbangan yang tepat berkenan kepada-Nya," ujarnya.


"Artinya, praktek perdagangan yang adil dan setara harus menjadi dasar dalam membangun relasi dagang, bukan hanya mengejar keuntungan sepihak. Indonesia, sebagai bangsa dengan kekayaan sumber daya alam dan keragaman budaya, harus memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat kemandirian ekonomi. Prinsip ini sejalan dengan semangat Galatia 6:5 yang menegaskan bahwa, tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri," sebut Fawer Full, lagi.


Menurutnya, Ketahanan pangan, penguatan industri lokal, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas menjadi langkah strategis untuk menghadapi guncangan eksternal. 


Di tengah tekanan global, kehadiran mahasiswa Kristen juga katanya menjadi sangat relevan.


Mahasiswa bukan hanya dituntut untuk memahami dinamika ekonomi global, tetapi juga menjadi aktor perubahan yang menerapkan nilai-nilai kasih, keadilan, dan perdamaian dalam setiap gerakan sosial dan inisiatif ekonomi. 


Dalam Galatia 6:2 tertulis "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.


"Artinya, pergumulan ekonomi bangsa ini bukan hanya beban pemerintah, tetapi menjadi panggilan semua elemen bangsa, termasuk kaum muda dan mahasiswa," ucap Fawer Full.


Akhirnya, menghadapi perang dagang dan kebijakan proteksionisme Amerika, Indonesia tidak boleh hanya bersandar pada kekuatan pasar semata. 


Diperlukan keteguhan moral, kebijakan yang berorientasi keadilan, serta semangat solidaritas sosial dalam membangun ekonomi nasional. 


Inilah wujud nyata dari teologi ekonomi Kerajaan Allah: membangun kesejahteraan yang tidak memiskinkan yang lemah, memperkuat yang kecil, dan menjaga perdamaian di tengah kompetisi global.


Perang dagang global menuntut Indonesia untuk memperkuat kedaulatan ekonominya melalui peningkatan daya saing, diversifikasi pasar, dan diplomasi perdagangan yang efektif.


Mahasiswa Kristen, sebagai bagian dari masyarakat intelektual dan beriman, memiliki peran strategis dalam memastikan bahwa proses ini berjalan sesuai dengan prinsip keadilan dan kesejahteraan bersama. 


Seperti yang diingatkan dalam Mikha 6:8: "Telah diberitahukan kepadamu apa yang baik dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu."


Mahasiswa Kristen dapat berkontribusi melalui : Advokasi Kebijakan : Mengawal kebijakan pemerintah agar berpihak pada keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat, serta mendorong transparansi dalam perjanjian perdagangan internasional. 


Inovasi dan Kewirausahaan:

Mengembangkan produk dan layanan inovatif yang memiliki daya saing tinggi di pasar global, serta mendukung gerakan kemandirian ekonomi nasional. 


"Pendidikan dan Kesadaran Publik : Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mendukung produk lokal dan memahami dinamika perdagangan global," ujar Fawer Full.


Penulis : Ari

Redaktur : Rudi