Siantar

Siantar

Tirta Nciho

Tirta Nciho
Minggu, 05 Oktober 2025, 07:42 WIB
Last Updated 2025-10-05T01:08:32Z
AktivisDairiEkonomiMobil ListrikPembangunanPertanian

Keberadaan SPKLU Dikritisi, Bupati Dairi Vickner Sinaga Kecewa

Bupati Dairi, Vickner Sinaga mencoba mengisi daya ke mobil listrik saat peresmian SPKLU di Komplek Hotel Beristra. (Foto/Istimewa).

Dairi - nduma.id


Diresmikannya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging di Komplek Hotel Beristra, Kecamatan Sitinjo  oleh Bupati Dairi, Vickner Sinaga pada 1 Oktober 2025 lalu menuai kritik pedas dari berbagai pihak. 


Duat Sihombing, aktivis sekaligus Ketua Bidang Advokasi PETRASA Dairi turut mengkritisi hal itu.


Keberadaan SPKLU itu dinilainya belum menjadi kebutuhan mendesak masyarakat. 


"Terkait sekarang yang lagi booming di Dairi. Misalnya, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik. Pertanyaannya apakah itu sudah kebutuhan? Berapa orang yang sudah memiliki mobil listrik di Dairi ini? Jangan-jangan itu hanya proyek gagal, yang tidak ada manfaatnya. Karena itu bukan kebutuhan skala prioritas," ucap Duat, Sabtu (4/10/2025).


Duat menekankan perlunya fokus pada masalah prioritas seperti pendidikan, stabilitas harga pertanian, dan infrastruktur irigasi yang 80% rusak. 

 

"Atau misalnya infrastruktur. Saat ini 80% infrastruktur irigasi kita hancur-hancuran. Bahkan banyak desa-desa yang dulu menjadi lumbung padi, sekarang tidak bisa menanam padi karena infrastruktur hancur. Kenapa ga itu dulu kita pikirkan?" terangnya.


Menurut Duat, Bupati harusnya dapat menarik investasi yang berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat Dairi.


"Kita senang Bupati punya jaringan investor. Tapi, bawalah investor yang punya konektivitas dengan kebutuhan rakyat," terangnya.


"Ini bukan soal lompatan. Tapi ini soal kebutuhan rakyat. Apa hak-hak dasar rakyat? Jangan kita hanya bicara soal Dairi ini sudah punya ini loh. Dairi sudah punya A,B,C,D tapi ga ada masyarakat yang menikmati," imbuhnya.


Pembangunan SPKLU tersebut dinilainya tidak memberikan dampak kepada masyarakat Dairi.


"Sangat disayangkan. Saya ga tahu apakah itu mahal atau tidak. Tapi saya pikir itu mahal. Investasi semahal itu ada di Dairi, tapi tidak memberikan dampak yang cukup signifikan untuk masyarakat Dairi. Saya ga tahu ke depan siapa yang menikmati itu," ujarnya.


Ia juga menegaskan bahwa dirinya bukanlah menolak pembangunan maupun teknologi. 


Namun menurutnya, baik pembangunan dan teknologi itu haruslah selaras dengan kebutuhan rakyat.


"Prinsipnya kita bukan menolak pembangunan ya, menolak kemajuan teknologi. Tapi pembangunan dan teknologi itu kan harus selaras dengan kebutuhan masyarakat. Kira-kira apa kebutuhan masyarakat," tegas Duat.


Ia berharap, Bupati sebagai bagian terpenting dalam pembangunan Kabupaten Dairi mampu melihat apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan masyarakat.


"Bagaimanapun Bupati itu kan bagian terpenting dari pembangunan ini. Bupati yang harus melihat apa kebutuhan, makanya kita kritisi," pungkas Duat Sihombing.


Menanggapi kritikan itu, Bupati Dairi, Vickner Sinaga terkesan kecewa atas kritikan yang dilontarkan.


"Maaf seminggu ini puasa dulu. Terlalu banyak fitnah dan orang pintar di Dairi. Aku urus kabupaten lain dulu ya. Yang membutuhkan sentuhan Bupati Dairi," ungkap Vickner.


Vickner mengatakan bahwa sebenarnya dari keberadaan SPKLU tersebut dapat menyumbang pendapatan tambahan bagi Dairi.


"Ada investor berhasil dibujuk, memberi pendapatan tambahan untuk Dairi, puluhan juta per tahun. Itu pun dikritik. Tak ada ruginya Dairi satu rupiah pun. Murni investor," terangnya.


"Memperbaiki jalan ke 4 desa bisa dapat dari pajak, bagi hasil dan tenaga kerja lokal," imbuhnya.


Menurutnya kini investor tengah mempertimbangkan untuk mengalihkan investasinya ke Kabupaten lain.


"Kini investornya mempertimbangkan membawa SPKLU nya ke kabupaten lain. Yang sudah antri menunggu 6 bulan," ungkapnya.


"Tolong pengkritik cari Rp 1 juta saja tambahan PAD tanpa APBD," lanjutnya.


"Juga dari survey, hingga Natal ada lebih 100 mobil warga Dairi yang terpaksa ngisi listrik di luar Dairi. Bukankah mereka juga warga Dairi?"ujar Vickner.


Ia juga menjelaskan, biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan mobil listrik untuk perjalanan dari Sidikalang - Medan hanya di kisaran 100 ribu rupiah.


"Padahal Sidikalang - Medan, biaya listriknya tak lbh Rp 100 ribu. Dan energinya dari terjunan Lae Renun," jelasnya.


Akibat dari banyaknya komentar negatif saat ini, Kabupaten Dairi katanya mendapat kesan negatif dari para investor.


"Miskin tapi sombong, itulah kesan calon investor lainnya. Mari nikmati PAD Dairi yang hanya cukup untuk 1 bulan saja. Sebelas bulan lagi, toh di subsidi lewat DAK dan DAU," tandas Bupati Dairi itu.


Penulis : Dody

Redaktur : Rudi