Demokrat

Demokrat

Domian

Domian

Wahyu Sagala

Wahyu Sagala
Redaksi
Kamis, 28 Januari 2021, 19:15 WIB
Last Updated 2021-12-21T16:06:56Z
Ragam

Karena Mengering, Danau di Moynaq Berubah Menjadi “Kuburan Masal”

 


Kota Moynaq Yang berada di gurun pasir Uzbekistan ini dikenal akan kegiatan perikananannya di masa lalu yang ditunjang oleh keberadaan Laut Aral. Meski disebut laut, Aral sejatinya merupakan danau yang memiliki luas 68 ribu kilometer persegi. Karena ukuran tersebut, Aral dinobatkan sebagai danau air tawar terluas ke-empat di dunia.

Banyak dari penduduk setempat yang menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan sebagai nelayan. Tak hanya itu, melimpahnya air yang ada di Laut Aral membuatnya menjadi pemasok air tawar bagi wilayah Utara Uzbekistan dan bagian Selatan Kazakhstan. Sayang, semua potensi tersebut mendadak buyar karena salah kelola hingga air perlahan menyusut drastis.

Penyusutan air Laut Aral terjadi akibat kebijakan keliru pemimpin Soviet atas pengelolaan wilayah setempat yang kala itu dijabat oleh Khrouchtchev. Dilansir dari Atlas Obscura, keputusan untuk mengalihkan saluran dari sungai Amu Darya dan Syr Darya yang merupakan pemasok debit air ke dalam Laut Aral ternyata memiliki konsekuensi panjang.

Pengalihan tersebut sejatinya dilakukan untuk mengairi saluran irigasi wilayah gurun di sekitar Laut Aral, guna menghidupi pertanian kapas dan gandum yang ada. Buntut dari pengalihan tersebut, debit air di Laut Aral diperkirakan berkurang sebanyak 25 hingga 75 persen. Kondisi tersebut membuat danau mulai surut.

Melihat kenyataan tersebut, penduduk Kota Moynaq pun mau tak mau akhirnya meninggalkan profesi nelayan mereka dan pindah ke wilayah lain karena tak lagi bisa menangkap ikan. Selain itu, masalah kesehatan turut melanda kota Moynaq. Salah satu wilayah di sekitar Aral bernama Karakalpaks, ditimpa masalah kesehatan yang ditimbulkan debu beracun yang terkontaminasi oleh garam, pupuk, dan pestisida.

Akibatnya, penduduk daerah tersebut mengalami masalah kesehatan dengan tingkat keparahan yang sangat tinggi. Penyakit seperti kanker tenggorokan, anemia, penyakit ginjal, dan tingkat kematian bayi di wilayah ini termasuk yang tertinggi di dunia.

Tak heran jika Kota Moynaq dijuluki sebagai kota mati karena pelan-pelan terus ditinggalkan. Hal tersebut juga membuat kapal-kapal mereka terbengkalai dan ditinggalkan begitu saja di hamparan danau yang mulai mengering.

Tahun demi tahun, jumlah penduduk di Kota Moynaq mulai menyusut karena banyak yang pindah ke tempat lain. Kapal-kapal yang teronggok di atas padang pasir perlahan mulai berkarat dan tertutup debu. Pemandangan tersebut membuat Moynaq tak ubahnya seperti tempat ‘Kuburan Kapal’.