Iklan Header

Jumat, 26 April 2024, 12:01 WIB
Last Updated 2024-04-26T05:01:15Z
Bawang MerahPertanianTaput

Kelompok Tani di Pahae Dapat Bantuan Dari SOL

Kelompok tani foto bersama. (Foto/Istimewa).

Taput - nduma.id


PT Sarulla Operations Ltd (SOL) sejak tahun 2021, melakukan pendampingan kepada kelompok tani dalam budidaya tanaman bawang merah di Kecamatan Pahae, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) di bidang pertanian.


Humas Eksternal PT SOL, Industan Sitompul menerangkan, pendampingan beberapa kelompok tani di Desa terdampak, yakni di Kecamatan Pahae Jae dan Kecamatan Julu. 


Program itu dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Taput melalui tim Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan.


Industan Sitompul menjelaskan, dalam pendampingan para kelompok tani, pihak SOL membantu mulai dari persiapan lahan, pelatihan, penyediaan bibit, pupuk dan pestisida yang dibutuhkan selama masa penanaman sampai dengan panen.


Pelatihan dilaksanakan, sebut Industan Sitompul, guna melengkapi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan petani dalam pertanian bawang, tentunya, mengingat pada umumnya para petani di wilayah Pahae terbiasa melakukan pertanian padi sawah dan mengelola tanaman di kebun atau ladang (di hutan) sebagai sumber mata pencaharian utama.


“Untuk periode tahun 2023, mulai Juli hingga April 2024 ini, SOL melakukan pendampingan 2 kelompok tani dalam kegiatan pertanian bawang merah," kata Industan Sitompul kepada Wartawan, Kamis (25/4/2024).


Bawang merah itu katanya dengan varietas Batu Ijo. 


"Yaitu kelompok tani Dosroha Nauli di Desa Simataniari Pahae Julu dan kelompok tani Beta Maju di Desa Silangkitang Pahae Jae atau dengan total jumlah anggota 32 orang,” ujar Industan Sitompul.


Kedua kelompok tani, sambung Industan Sitompul, menerima bibit bawang sebanyak 2.100 kilogram dan ditanam di lahan seluas 19.400 meter kuadrat, mulai Desember 2023. 


Proses monitoring terhadap 2 kelompok tani dilakukan secara intensif, bekerjasama dengan pihak BPP & Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mulai dari awal sampai pada masa panen di Maret 2024.


Sekarang 2 kelompok tani itu sudah berhasil memanen bawang merah sebanyak 3.565 kilogram. 


Hasil panen itu dinilai cukup berhasil, mengingat kondisi cuaca yang sangat ekstrim dengan curah hujan tinggi selama masa penanaman bawang merah sepanjang akhir tahun 2023 sampai saat ini.


Masih menurut Industan Sitompul, 2 kelompok tani telah berhasil memanen bawang merah sebanyak 3.565 kilogram. 


Hasil panen itu dinilai cukup berhasil, mengingat kondisi cuaca yang sangat ekstrim dengan curah hujan tinggi selama masa penanaman bawang merah sepanjang akhir tahun 2023 sampai saat ini.


“Para anggota kelompok tani telah menjual 2.110 kilogram dari hasil panen dengan kisaran harga Rp20.000 – atau dengan harga Rp 30.000 per kilogram dan total hasil penjualan adalah sekitar Rp 55 juta," ujarnya. 


Hasil penjualan itu katanya telah memberikan dampak positif kepada kelompok tani.


"Yaitu adanya penghasilan tambahan kepada anggota kelompok,” ungkap Industan Sitompul.


Sesuai kesepakatan diawal, tutur Industan Sitompul, pendampingan bersama dengan kelompok, saat ini petani yang berkomitmen untuk didampingi sedang melakukan penanaman bawang merah tahap-2 dengan memanfaatkan sebanyak 1.455 kilogram bawang merah dari hasil panen sebelumnya atau tahap 1.


"Namun tidak semua anggota kelompok melanjutkan penanaman bawang merah, ucap Industan Sitompul, karena tidak semua dapat memenuhi komitmen dan kesepakatan bersama, seperti pada saat awal pendampingan.


Keberhasilan kedua kelompok tani itu, lanjut Industan Sitompul, telah memberikan inspirasi dan semangat untuk mengembangkan pertanian bawang di daerah Pahae. 


Sekalipun tetap masih perlu pengkajian lebih lanjut.


Hal yang dapat dipertimbangkan untuk pertanian bawang merah varietas Batu Ijo adalah masa tanam hingga panen tanaman bawang merah terbilang sangat singkat, yakni kurang-lebih 75 hari.


Ketahanan tanaman di kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi serta permintaan dan harga jual di pasar cukup tinggi, beber Industan Sitompul, membuat para petani sangat antusias dalam melakukan pertanian bawang merah. 


Sampai saat ini, bawang merah lebih dikenal dan dikembangkan di Kecamatan Muara Taput atau sebagai sentra komoditas bawang merah di Kabupaten Taput.


“Wilayah Pahae juga sudah terbukti memiliki potensi dan peluang untuk pengembangan budidaya bawang merah atau tidak hanya komoditas durian atau coklat,” ketus Industan Sitompul.


Sementara, Nurmince Sitorus salah satu petani yang didamping CSR SOL dalam pertanian bawang merah menyatakan, rasa antusias dan optimisnya untuk terus mengembangkan tanaman bawang merah. 


Sebab, sudah merasakan sendiri hasil yang diperolehnya.


“Untuk penanaman tahap 2 ini, saya sudah menambah luas lahan untuk ditanami bawang merah. Di penanaman tahap 1, saya tanam seluas 2 rante (800 m²) saja, tetapi sekarang saya sudah menanam di seluas 2,5 rante (1.000 m²). Saya tambah luasnya, karena sudah merasakan hasilnya sangat memuaskan dan menambah pendapatan keluarga,” kata Nurmince Sitorus, sembari tersenyum lebar.


Penulis : Tulus

Redaktur : Rudi