Demokrat

Demokrat

Domian

Domian

Wahyu Sagala

Wahyu Sagala
Jumat, 28 April 2023, 08:34 WIB
Last Updated 2023-04-28T01:41:16Z
DairiHari BumiPetaniTambang

Petani Dairi Gelar Talkshow dan Bawa 'Luah' Peringati Hari Bumi

Petani menggelar peringatan Hari Bumi. (Foto/Istimewa).

DAIRI, Sinehu - nduma.id


Ratusan petani dari sejumlah desa khusunya di sekitar areal Tambang PT. Dairi Prima Mineral merayakan Peringatan Hari Bumi, Kamis, 27 April 2023.


Perayaan di pusatkan di Desa Lae Markelang Kecamatan Siempat Nempu Hilir (Sinehi) Kabupaten Dairi Sumatera Utara.


Petani yang hadir terlihat membawa berbagai hasil bumi dari desa masing-masing.


Jeruk purut, gambir, sayur mayur, kelapa, nenas, pisang, jahe, kacang tanah, rempah-rempah dan berbagai hasil bumi  lainnya. 


Maradu Sihombing petani Gambir mengatakan, buah tangan hasil bumi sengaja di bawa sebagai luah atau buah tangan, yang artinya ungkapan syukur mereka atas hasil tanah dan alam yang diberikan oleh sang Khalik. 


"Tahun ini beda, tahun sebelumnya buah tangan petani sangat banyak," kata Maradu.   


Tahun ini katanya hasil pertanian jatuh harga dan banyak gagal panen.


Closing statement para narasumber. (Foto/Istimewa).

Perayaan di awali ibadah singkat dibawakan Pendeta Dikkar Sihotang.


Dimana kotbah menyampaikan bagaimana cara Allah menjadikan  bumi, kemudian manusia menjaga hasil ciptaanNya. 


"Kita harus menjadi saksi Tuhan untuk menjaga dan merawat bumi, sebagai karya penyelamatan atas ciptaan Tuhan, sehingga kita layak untuk menerima berkat," kata Pendeta Dikkar.


Di acara talkshow, Ridwan Samosir Direktur Petrasa, menyampaikan sektor pertanian menyumbangkan 42 persen PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).


Itu artinya sektor pertanian dalam menggerakkan aktivitas ekonomi sangat tinggi.


Karena itulah katanya pemerintah kabupaten harus memberikan perhatian dan kebijakan yang pro terhadap sektor pertanian. 


Selain itu, data BPS tahun 2022 juga menunjukkan mayoritas penduduk Dairi 83 persen adalah petani. 


Disebut Ridwan data BPS sejak tahun 2018 sampai sekarang tambang masih hanya memberikan sumbangan ke PAD Dairi sebesar 0.07 persen.


"Pertanian dan tambang tidak akan dapat hidup harmonis, karena tambang butuh air, tanah, hutan, sungai dan sumberdaya alam lainnya," sebut Ridwan.


Dipaparkan Ridwan tahun 2015 diinisiasi oleh 159 negara bersepakat dalam komitmen yang disebut perjanjian Paris (Paris Agreement) termasuk Indonesia di dalamnya yang membicarakan terkait dengan perubahan iklim dan upaya-upaya yang dapat di lakukan bersama. 


Namun perjanjian ini belum semua negara termasuk Indonesia melakukannya secara konsisten. 


"Petani kita di dorong menjaga lingkungan, menanam pohon, namun penguasa dan pemodal jutru merusak lingkungan dengan berbagai kebijakan yang mempermudah mereka mengeruk perut bumi, merusak lingkungan dan menebang pohon," tuturnya.


Sedangkan Santun Sinaga, Direktur YDPK memaparkan ada sejumlah tantangan petani saat ini.


Seperti iklim yang tidak lagi bersahabat, ketergantungan kepada pupuk kimia, klaim sepihak oleh kehutanan atas tanah-tanah yang dimiliki petani puluhan tahun dan di huni masyarakat,dan di perparah dengan kehadiran tambang timah PT DPM ke depan. 


"Amdal tak menjamin keselamatan, berkaca dari kasus Lapindo, Buyat dan lainnya," kata Santun Sinaga.


"Karena harus berorganisasi dan bersolidaritas, mungkin di Dairi hanya kita yang merayakan Hari Bumi, Bumi kita satu, dan rumah kita bersama, jangan berkecil hati, ada kalanya kita di cap anti pembangunan yang sesungguhnya masa depan lingkungan yang berkelanjutan ada ditangan kita dan sedang kita perjuangkan," sambung Santun.


Maradu Sihombing, petani dan pengelola gambir dari desa Bongkaras mengatakan Gambir di olah menjadi bubuk teh dan katekin.


Marolop Banurea petani pemuda dari Pakpak Barat dalam testimoninya menyampaikan alam Dairi kaya potensi dan dapat di produksi dengan berbagai produk turunan.  


Peringatan Hari Bumi tampak meriah dengan pertunjukan tarian tradisional batak, pakpak dan simalungun.


Diwarnai atraksi persembahan “pencak silat tradisional oleh group Sanggar Seni Nabasa dari Kecamatan Tobasa.


Dihadiri Lembaga masyarakat sipil lainnya seperti  Petrasa, KSPPM, Bakumsu dan Aman Tano Batak.


Perayaan hari bumi membawa tema “Masa depan Pertanian  menghadapi pertambangan timah hitam”. 


Penulis : Raden

Editor : Rudi